OPTIK : Pendahuluan



OPTIKA GEOMETRI
Disusun oleh:
Kelompok 6 / Pendidikan Fisika 5B
Gita Verawati
Rhodiatussholihah
Rosita Nur Azmi




A.  OPTIK
Kata optik berasal dari bahasa Latin, yang artinya tampilan. Optika adalah cabang fisika yang menggambarkan perilaku atau sifat-sifat cahaya dan interaksi cahaya dengan materi. Intinya optika membahas tentang gejala- gejala optik (Suwarna, 2010:1).
Optik memiliki dua kajian pokok yaitu optika geometri dan optika fisis. Optika Geometri merupakan bagian fisika yang membahas  fenomena-fenomena  atau  sifat-sifat  cahaya dengan  menggunakan  alat  yang  ukurannya  relatif  lebih besar dibandingkan dengan panjang gelombang cahaya. Optika Fisis merupakan bagian fisika yang membahas fenomena atau  sifat-sifat  cahaya  dengan  menggunakan  alat-alat yang ukurannya  relatif  sama  atau  lebih  kecil dibandingkan dengan panjang gelombang cahaya (Surya, 2009:3)

B.  SEJARAH OPTIK
1.  Periode I (Zaman purbakala – 1500)
      a.  Mozi (476 SM – 486 SM)
Mozi merupakan ilmuwan dari Cina. Mozi menggambarkan pengetahuan optik dasar, termasuk definisi dan menciptakan visi, propagasi cahaya dalam garis lurus, lubang jarum pencitraan, hubungan objek dan gambar di pesawat cermin, cermin cembung dan cermin cekung.
      b.  Euclid (275 SM - 330 SM)
Dalam optika, ia mencatat bahwa perjalanan cahaya dalam garis lurus dan menjelaskan hukum refleksi. Euclid percaya bahwa visi melibatkan sinar pantul dari mata ke obyek yang dilihat dan dia juga mempelajari hubungan antara ukuran nyata dari objek dan sudut bahwa mereka subtend.
      c.  Clauidius Ptolemy (90 M - 168 M)
Claudius Ptolemy berasal dari Yunani. Dia membahas sebuah studi refraksi, termasuk refraksi atmosfer. Disarankan bahwa sudut bias sebanding dengan sudut insiden.
      d.  Al-Kindi (801 M - 873 M)
Ilmuwan muslim pertama yang mencurahkan pikirannya ke dalam ilmu optik. Al-Kindi membahas tentang refleksi cahaya serta prinsip-prinsip persepsi visual. Buah pikiran Al-Kindi tentang optik tercatat dalam kitab berjudul De Radiis Stellarum. Bukunya tersebut sangat mempengaruhi sarjana-sarjana barat. Tidak heran apabila teori yang dicetuskan Al-Kindi tentang optik menjadi hukum-hukum perspektif di era Renaisans Eropa. Menurut Al-Kindi penglihatan justru ditimbulkan daya pencahayaan yang berjalan dari mata ke obyek dalam bentuk kerucut radiasi yang padat.
      e.  Ibnu Sahl (940 M - 1000 M)
Ibnu Sahl merupakan seorang matematikus yang mendedikasikan dirinya di Istana Baghdad. Pada tahun 984 M, dia menulis risalah yang berjudul On Burning Mirrors and Lenses (pembakaran cermin dan lensa). Dalam risalah itu, Ibnu Sahl mempelajari cermin membengkok dan lensa membengkok serta titk api cahaya. Ibnu Sahl pun menemukan hukum refraksi (pembiasan) yang secara matematis setara dengan hukum snell. Dia menggunakan hukum pembiasan cahaya untuk memperhitungkan bentuk-bentuk lensa dan cermin yang titik fokus cahayanya berada di sebuah titik poros.
      f.  Ibnu Al-Haitam (965 M - 1040 M)
Ia merupakan ilmuwan muslim di bidang optik. Ia adalah sarjana pertama yang menemukan berbagai data penting mengenai cahaya. Dalam bukunya yang berjudul Al-Manazir (Buku Optik), ia menjelaskan beragam fenomena cahaya termasuk sistem pengelihatan manusia yang pernah di kembangkan oleh Ptolemous dan Euclides. Ia menyimpulkan bahwa dalam pengelihatan manusia retinalah yang menjadi pusat pengelihatan dan benda bisa terlihat karena memantulkan cahaya.  Ia juga meyakini bahwa sinar cahaya keluar dari garis lurus dari setiap titik di permukaan yang bercahaya.
      g.  Kamal Al-Din Al-Farisi (1267 M - 1319 M)
Kamal merupakan ahli fisika muslim yang berasal dari Persia. Dalam bidang optik ia berhasil merevisi teori pembiasan cahaya dan ia juga mampu menjelaskan fenomena alam bernama pelangi menggunakan matematika.
      h.  Roger Baconn (1214 M - 1292 M)
Bacon menganggap bahwa kecepatan cahaya yang terbatas dan itu disebarkan melalui media dengan cara yang analog dengan propagasi suara. Ia juga menggambarkan sebuah penelitian tentang perbesaran benda kecil menggunakan lensa cembung. Dan ia juga menghubungkan fenomena pelangi dengan refleksi sinar matahari dari air hujan.
      i.   Leonardo da Vinci (1452 M – 1519 M)
Leonardo merintis studi tentang anatomi manusia, dia lebih cenderung pada bidang medis. Ia berbicara pada optik fisiologia mengenai mata.
2.  Periode II (1550 - 1800)
      a.  Johanes Kepler (1571 – 1630)
Kepler menyatakan bahwa intensitas cahaya dari sumber titik berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari sumbernya, cahaya yang dapat diperbanyak melalui jarak jauh tanpa batas dan bahwa kecepatan propagasi adalah tak terbatas. Ia juga menjelaskan pembentukan gambar pada retina oleh lensa pada mata. Kepler menemukan refleksi internal total, tetapi tidak dapat menemukan hubungan yang memuaskan antara sudut datang dan sudut bias. Ia adalah orang pertama yang menjelaskan cara kerja mata.
      b.  Van Roijen Willebord Snell (1580 – 1626)
Dalam optika snell menemukan indeks bias sebagai rasio dari sinus sudut pembiasan.
      c.  Francesco Maria Gimaldi (1618 - 1663)
Francesco menggambarkan pengamatan difraksi ketika ia melewati cahaya putih melalui lubang kecil. Ia menyimpulkan bahwa cahaya adalah cairan yang menunjukkan gelombang seperti gerakan.
      d.  Robert Hooke (1635 – 1703)
Hooke melakukan pengamatan dengan mikroskop senyawa yang memiliki lensa objektif dan lensa konvergen mata konvergen. Melalui pengamatan tersebut Hooke mengajukan sebuah teori gelombang untuk propagasi cahaya.
      e.  Isaac Newton (1642 – 1727)
Ia menemukan pemecahan atas cahaya putih menjadi warna komponennya ketikamelewati sebuah prisma. Newton menyimpulkan bahwa sinar matahari terdiri dari cahaya warna yang berbeda yang dibiaskan oleh kaca untuk luasan yang berbeda. ia juga menganggap cahaya adalah sebuah partikel yang sangat halus.
3.  Periode III (1800 – 1890)
      a.  Thomas Young (1773 - 1829)
Thomas menyatakan bahwa cahaya terdiri dari gelombang. Ia menjelaskan bahwa akan ada interaksi ketika dua gelombang cahaya bertemu.
      b.  Etiene Louis Malus (1755 - 1812)
Etiene mendapatkan hasil pengamatan dari cahaya yang dipantulkan dari jendela Luxembourg Palais di paris melalui kristal kalsit.
      c.  David Brewster (1781 - 1868)
Brewster menunjukkan bahwa ada hubungan antara sudut kejadian di mana sinar cahaya yang dipantulkan dari sebuah interface.
      d.   Dominique Jean Francois Arago (1786 - 1853)
Menurut Dominique bahwa dua berkas cahaya terpolarisasi dalam arah tegak lurus, akhirnya menghasilkan perkembangan teori gelombang cahaya transversal.
      e.  Augustin Jean Fresnel (1788 - 1827)
Fresnel menemukan interferensi dan mempelajari teori gelombang cahaya. Ia juga menunjukkan bahwa fenomena difraksi dijelaskan sepenuhnya oleh interferensi gelombang cahaya.
4.  Periode IV (1887 – 1925)
      a.  Albert Eeinstein (1879 -1955)
Ia menjelaskan efek foto listrik dengan dasar bahwa cahaya adalah terkuantisasi, yang kuanta yang kemudian dikenal sebagai foton. Teori kuanta cahaya adalah indikasi kuat dari dualitas gelombang partikel.
5.  Periode V (1925- sekarang)
      a.  Michelson (Amerika, 1852 -1931)
Michelson melakukan percobaan yang dapat menentukan kecepatan cahaya.
      b.  Arthur Schawlow L (1921 – 1999)
Arthur mengusulkan bahwa dari spektrum memunculkan sebuah laser.

C.  CAHAYA
Cahaya merupakan sejenis energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang bisa dilihat dengan mata. Cahaya juga merupakan dasar ukuran meter: 1 meter adalah jarak yang dilalui cahaya melalui vakum pada 1/299,792,458 detik. Kecepatan cahaya adalah 299,792,458 meter per detik (Suwarna, 2010:7).

Sifat-sifat cahaya yaitu (Suwarna, 2010: 9):

1.       Dapat dilihat oleh mata
2.      Memiliki arah rambat yang tegak lurus arah getar (transversal)
3.      Merambat menurut garis lurus
4.      Memiliki energi
5.      Dipancarkan dalam bentuk radiasi
6.      Dapat mengalami pembiasan, interfensi, difraksi (lenturan), dan polarisasi (terserap sebagian arah getarnya)
Jenis berkas cahaya:
1.   Berkas cahaya sejajar
-------------------------------
-------------------------------
-------------------------------
-------------------------------
2.  Berkas cahaya mengumpul (konvergen)






3.  Berkas cahaya menyebar (divergen)
 






Jenis Pemantulan Cahaya:
1.   Pemantulan Teratur (specular reflection) terjadi karena pemantulan cahaya oleh permukaan-permukaan halus seperti cermin datar, sehingga berkas-berkas cahaya sejajar satu dengan yang lainnya
2.  Pemantulan Baur (diffuse reflection) terjadi karena pemantulan cahaya oleh permukaan yang kasar seperti kertas, sehingga cahaya yang dipantulkan ke segala arah (berkas-berkas cahaya tidak sejajar satu dengan yang lainnya).


D. Pemantulan Cahaya pada Cermin
1. Hukum Pemantulan
Hukum I Snellius tentang pemantulan adalah (Surya, 2009: 4):
        a.      Sinar datang, sinar pantul dan garis normal berpotongan pada satu titik
             dan terletak pada satu bidang.
        b.      Sudut datang (/) sama dengan sudut pantul (r), i = r.
2. Jenis dan Sifat Cermin
          Secara umum cermin terbagi ke dalam dua jenis, yaitu:
         a.    Cermin Datar
         b.    Cermin Lengkung (Cermin Cekung dan Cermin Cembung)
Setiap jenis cermin memiliki sifatnya masing-masing, yaitu adalah sebagai berikut (Suwarna, 2010: 34-56):
         a.    Cermin datar memiliki sifat: Maya, Tegak, Sama Tinggi.
         b.    Cermin cembung memiliki sifat : Maya, Tegak, Diperkecil.
         c.    Cermin cekung memiliki sifat tergantung benda berada di ruang I (Maya, 
             Tegak, Diperbesar) ruang II (Nyata, Terbalik, Diperbesar) dan ruang III 
             (Nyata, Terbalik, Diperkecil).
3.  Cermin Datar
Cara melukiskan menbentukan bayangan pada cermin datar dapat kita lihat pada gambar berikut :

Keterangan : S = Proses jalannya sinar, h = tinggi benda, h’ = tinggi bayangan

Daftar Pustaka
Giancoli Dauglas.C. 2001. Fisika edisi kelima  Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Surya, Yohanes.2009.OPTIKA. Tangerang: PT Kandel.
Suwarna, Iwan Permana.2010.OPTIK. Bogor: Duta Grafika.

Rijool92. Sejarah Optika setiap Periode.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

OPTIK: Difraksi Cahaya